Dalam kekesalan pada ayahnya, Budi tiba-tiba teringat sebuah situs jejaring sosial yang pernah happening satu-dua dekade yang lalu. Dia ingat waktu dirinya masih kecil, ayahnya biasa menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop tebal miliknya –hanya untuk ketak-ketik lalu terkekeh-kekeh sesudah menekan tombol enter. Dulu Budi tidak pernah benar-benar mengerti, apa sebenarnya isi situs itu, karena si ayah lebih senang memandangi situs biru putih itu daripada main lego bersama dia dan si Iwan kecil. Sekarang, sepuluh tahun kemudian, dia baru sadar, situs itu adalah kunci ‘skak mat’ buat si ayah yang (sok) suci.
Memang hari ini Budi mual setengah mati pada si Ayah. Penting banget sih, sampai harus menceramahinya selama 2 jam penuh hanya karena kelepasan bilang WTF pada gurunya di sekolah. Biasa aja, kali. Semua anak SMA di tahun 2025 memang sudah jamak watafuk-watafak (Kecuali si Wati, kakaknya. Wati emang beda. Dia baik-baik saja). Lagian Budi cuma keceplosan. Siapa suruh Pak Manurung nyolek bahunya dari belakang. Orang kaget kan biasa bilang “What The F***!!!”.
“Kayaknya si Ayah sudah lupa, gue juga punya akun di situs itu! Hahahaha” pikir Budi sambil senyum dimiring-miringkan. Dulu ibunya lah yang membuatkan Budi sebuah akun, sekaligus password buat situs pertemanan itu. Gak jelas juga sih kenapa si Ibu membuatkan akun khusus untuk dirinya. Toh dia dulu masih terlalu kecil untuk ngerti apa itu artinya timeline, apa gunanya tombol share, apa bedanya profile dan halaman, dan sebagainya –dan sebagainya. Jadi wajar kalau dia bukan pengguna aktif. Saat ini Budi lebih sering pakai jejaring sosial baru buatan Korea Utara yang lebih Hip daripada buatan Amerika. Let me tell you, man … America is so last decade! Usang! Keluarga Kim itu Kunci, bro!
Anyway, Budi mulai mengetikan f-a-c-e-b-o-o-k-dot-c-o-m di browsernya internetnya. Dia masih ingat password yang dibuatkan ibunya waktu jaman dia masih kecil. Ibunya memang sedikit sentimentil, semua password buatan ibunya pasti diakhiri kata sayang. Maka Budi mengetikan kata ‘BuDiSaYang07’ di kotak password, lalu menekan tombol enter di layar. Menunggu sekitar 2 detik (ya, internet indonesia masih agak lelet di tahun 2025) …. lalu …. Voila! Dia masuk ke timeline jejaring sosial facebook!
Interfacenya sudah sedikit out of date untuk sebuah situs pertemanan, tapi lumayan lah. Waktu dia lihat-lihat lebih lama, sempet terpikir bahwa situs ini agak cemen. Masa ada aplikasi ‘cek tanggal kematianmu’? Orang tahun 2000an itu otaknya di mana ya? Mau aja dibohongin sama programmer medioker. Apakah memang dulu sempat trending, app corny kayak begini, ya? Hahaha … epic! Sholat, bro. Sholat! Malah ngecek tanggal kematian … ckckckck … kepalanya reflek menggeleng-geleng sombong.
“Ah sudahlah, gue masuk situs ini bukan mau penelitian budaya masa lalu” pikir Budi. “Gue masuk situs ini ingin membuktikan bahwa si Ayah itu tidak sesuci tampilannya sekarang”. Ayahnya memang ternama. Walau IPK kuliahnya di jurusan jurnalistik hanya pas-pasan (kata si Ibu), Pak Budi Sr. –si Ayah, adalah anggota DPRD kota. Bahkan sebelum jadi anggota DPRD, dia sering diundang stasiun TV untuk jadi pengamat politik. Kalau tampil di depan TV dia kelihatan terpelajar, agak agamis, serta serba tahu. Kata si Ibu juga, dulu si Ayah, waktu masih jadi wartawan, punya pengikut 75 ribu di Twitter (sosmed corny lain yang akhirnya mati karena dibeli microsoft). Kata Ibu, itu artinya ayah punya pengaruh. “Masa? Mari kita buktikan di catatan sejarah bernama timeline facebook ini”, sergahnya.
Di kotak ‘search’, dia mulai mengetikkan nama ‘Budi Senior’, nama si Ayah. Tinggal di-klik. Blassss … sejarah hidup ayahnya terpapar di hadapan si Budi. Hebat juga, orang tahun 2000an udah kepikiran membuat situs canggih kayak gini. Dan misi pun hampir berhasil, pikirnya. Sekarang yang musti dia lakukan adalah membaca dengan sabar semua posting dan komentar yang dibuat si Ayah jaman dahulu. Budi kan dikategorikan oleh si Ayah sebagai ‘keluarga’. Jadi semua posting si Ayah berjejer transparan seakan minta dibaca.
Malam minggu itu giliran Budi yang tidak bergerak membaca kata per kata, kalimat per kalimat, puluhan posting dan ratusan komentar-komentar Budi Senior. Matanya agak merah dini hari itu, sebagian alasannya adalah karena matanya memang terlalu lelah memandangi layar selama berjam-jam. Tapi alasan sebenarnya …. hatinya terlalu panas sehingga membakar kedua bola matanya. WTF!!! Ternyata si Ayah adalah manusia palsu!!!!
Di suatu posting di tahun 2014, ayahnya berdebat dengan sekelompok orang. Threadnya sangat panjang. Jelas pada akhirnya ayahnya nampak lelah beradu argumen dengan orang-orang itu. Lalu apa yang dituliskan ayahnya? “Kalian orang-orang kafir memang sudah buta dari kebenaran!”. Gila, semudah itu ayahnya meng-kafir-kan lawan debatnya. Budi sedih. Budi kecewa.
Entah kenapa, ayahnya juga sering kali membagikan tautan dari berita-berita yang agak aneh. Iya, aneh! Tautan-tautan itu masih nyambung sampai saat ini, terhubung dengan kantor berita Indonesia yang ukurannya sudah sama besar dengan Fox News. Yang membuat Budi agak bingung adalah headline beritanya sering kali tidak nyambung dengan isi beritanya. Beberapa kali Budi harus cek ulang tautan-tautan tersebut di Baidu.com (Google bangkrut tahun 2023 karena dituntut seorang lawyer Taiwan, yang ketika nyebrang jalan ditabrak oleh mobil tanpa awak milik Google). Tapi setelah dicek berulang kali, Budi akhirnya harus menyimpulkan bahwa ayahnya adalah penyebar berita yang ‘headline-nya tidak nyambung dengan isi beritanya’. Berita fitnah! Pantas pengikutnya sampai 75 ribu. Ternyata Budi Senior adalah wartawan infotainmen politik. Picisan ah!
Tapi dari semua posting, percakapan, meme dan kata-kata Budi Senior yang terekam di database facebook di Burundi (di mana Mark Zuckerberg kini tinggal), tidak ada yang lebih membuat Budi mendidih selain fakta bahwa dari tahun 2013 sampai 2014 saja, ternyata Budi Senior terbukti mengetikan kalimat “WTF!!” sebanyak 12 kali di status dan komentarnya. Heeeeh …Berarti sebenarnya dua bulan sekali Budi Senior layak diceramahin sama anaknya sendiri. Dasar bapak palsu! Bisa-bisanya lu jadi anggota DPRD?
“WTF!!!”, katanya sekali lagi.
—– the habis
PS: Dalam legenda, Batara Kala adalah salah satu dewa yang paling ditakuti. Kenapa? Karena Kala adalah penguasa waktu. Tidak ada satu kekuatanpun yang mampu melawan kepastian waktu. Pada akhirnya semua pasti akan menyerah pada waktu. Semua hal yang manusia lakukan, baik dan buruk, akan disimpan di dalam perut Sang Kala.
Anyway, itu menurut legenda. Saat ini, apapun yang kita lakukan akan tercermin di dalam timeline facebook-mu! Be considerate on posting or commenting on social space.
**Disclaimer: posting ini dibuat sebagai pengingat bagi diri sendiri yang sering keceplosan nyebut ‘Dogol’ kalau disodok sama angkot di jalan raya, padahal di kursi samping dan belakang duduk anak-anak kecil yang terlalu lucu untuk mendengar kata ‘Dogol’. Kalau man-teman ikut tersinggung …. berarti kita sama! grin emotikon
**Disclaimer lagi: semua data dalam tulisan ini tidak akurat. Yang akurat, cuman yang di bagian PS aja.