Kenapa Saya Katsaridaphobia?

on

Setiap orang itu unik –so they say. Tapi jangan juga kemudian jadi lebay, dalam rangka embaracing keunikan diri, lalu kita mencoba segala macam tes kepribadian di internet. Dari yang level psikotest terstandar, level tes cocoklogi –bahkan tes kepribadian level algoritma undian— dites tiga kali, keluar tiga hasil berbeda. Abdul Absurd itu namanya!

Karena sebenarnya sejak kecil kita sudah tahu kok bahwa kita itu unik.

Sepupu-sepupu saya sering bilang, “Si Benben mah gak akan mau ada di satu ruangan dengan kecoa. Kecoanya terbang, dia bakal ikut terbang”. Sepupu-sepupu saya yang lain sepertinya gak ada tuh yang katsaridaphobia seperti saya.

Saya memang fobia kecoa. Saya memang begitu.

Guru Kimia SMA, sekaligus wali kelas saya, pernah menawarkan sebuah deal, “Kamu mau jadi ketua kelas? Syaratnya duduk paling depan dekat pintu. Setiap saya datang ke kelas, kamu pastikan kapur sudah tersedia di depan. Nanti saya jamin kamu tidak akan pernah saya suruh mengerjakan soal Kimia di papan tulis sepanjang tahun. Mau?”. Dalam satu detik, kata “mau!” melucur keluar dari mulut saya.

I love good deals indeed. Saya memang begitu.

Saya yakin teman-teman juga punya keunikan masing-masing. Silahkan di-list sendiri deh. Saya yakin list-nya akan panjang. Sebagian akan terasa negatif. Sebagian lagi mungkin positif.

Well, posistif atau negatif sangat tergantung dari kaca mata siapa yang melihat juga sih. Seorang cewek remaja yang kurang independent mungkin melihat dirinya melihat sebagai orang yang tidak mandiri. Sementara seorang pemuda yang beruntung, melihat ini sebagai perempuan yang butuh bahu sandaran –romantis! Pas sama yang dia cari.

Being dependent –justru membawa jodoh untuk cewek remaja ini.

Berdasarkan pengalaman saya yang hari ini sudah lebih dari setengah umurnya bokap, –selain sudut pandang, ada hal lain yang berhubungan erat sama keunikan kamu. Apa coba?

Waktu! Keunikan diri kita itu tumbuh bersama waktu. Ketika keunikan-keunikan kita ini tumbuh, karakter diri kita ikut terbentuk. Ikut matang.

Keunikan kamu itu adalah garis start yang diberikan oleh Tuhan kamu. Setiap orang diberi garis start yang masing-masing berbeda.

Bagaimana dengan garis finishnya? Garis finish-nya, kamu yang tentukan sendiri. Allah itu cuman menilai bagaimana kamu menjalani proses dari garis start (yang Dia tentukan) ke garis finish (yang kamu tentukan).

Apakah kamu memberi tantangan dengan membuat garis finish yang jauh sekalian?
Apakah kamu sepanjang berlari, tidak lupa lihat kiri-kanan dan menyapa dan senyum pada pelari lain?
Apakah kamu sambil jalan santai memanfaatkan waktu dengan melempar biji dan benih-benih pepohonan sepanjang jalan?
Apakah kamu pilih jalan yang naik turun membuat betis kamu jadi atletis,
atau kamu putuskan jalan kaki saja?
Atau bahkan marah-marah, berusaha memindahkan garis start ke depan —agar garis startnya sama dengan teman kamu yang anak orang kaya.

Teman yang terakhir ini, belum mengerti bahwa yang bisa diubah adalah garis finishnya –gimana cara kita berlari dan what we do while we’re running.

Bukan garis start-nya. Garis start kamu adalah unik punya kamu. Terima aja. Toh kalau mau jujur, hampir semua orang bilang garis start dia kurang maju ke depan.

Dalam kasus katsaridaphobia, saat ini saya sudah cukup bangga dengan keberhasilan saya berada di satu ruangan yang sama dengan kecoa tanpa berkeringat dingin. Bahkan beberapa bulan yang lalu saya sudah bisa memegang sungut kecoa dan mengangkatnya. Masih kecoa yang mati, tentunya.

Tahu apa yang membuat saya berusaha berubah? Saya diberi rejeki 3 orang anak laki-laki sejak 16 tahun yang lalu. Being a male katsaridaphobic is one thing. But raising three boys to be three katsaridaphobic men too? No way! Jadi saya sudah 16 tahun pura-pura berani sama kecoa.

Ada saatnya di depan anak saya yang masih kecil, ketika kecoa lewat –langsung saya injak pakai kaki telanjang. Anak saya melihat muka bapaknya, melihat ke arah kaki saya, lalu pergi meneruskan main dengan mainannya.

Setelah dia pergi, saya berlari ke kamar mandi dan mencuci kaki saya selama 5 menit dengan air sabun. Mual dan berkeringat dingin.

Di umur segini, being katsaridaphobic mengajari saya bahwa saya bisa menembus rasa takut saya. Jika perlu –jika saya mau.

—–

Entah kenapa saya juga adalah orang yang senang dengan good deals. Mungkin karena sejak mulai kenal fashion, saya tidak punya uang cukup untuk tampil gaya dengan uang maksimal.

Jadi ketika teman-teman saya mengejar-ngejar branded items di showroom international brand, saya memilih belanja baju ke factory outlet –sampai sekarang. Alasannya jelas, ada cukup banyak juga good branded items di FO yang didiskon cukup tinggi di sana. Good Deals! Sikat!

Jadi walaupun bukan anak pengusaha, saya punya modal lumayan untuk jadi pengusaha; the nose for good deals

Hidung pencari peluang ini saya kembangkan dua puluh tahun terakhir dengan banyak ngobrol, berbicara, minta diajari dan dimentori sama pengusaha-pengusaha senior yang hidung dagangnya lebih sensitif daripada doberman.

And it works, Sob! Ternyata anak pegawai negeri juga bisa jadi pengusaha.

—–

Keunikan diri kita, dengan kelebihan dan kekurangannya di mata kita, rupanya hadir dengan tujuan tertentu.

Seperti tiga tentara yang dipercayakan dengan tiga senjata yang berbeda; sebilah pisau, sebuah pistol laras pendek dan sebuah senapan laras panjang. Mereka semua musti menemukan misi terbaik yang dapat mereka selesaikan. Seefektif mungkin. Dengan manfaat maksimal.

Sampai waktunya habis.

—–

Terima kasih atas ucapan ulang tahun dan do’a-do’anya teman-teman. Semoga do’a-do’anya membawa kebaikan pada kita semua dan bangsa yang sedang digigiti virus ini.

Bandung, 8 Mei 2020.
Birthday Blues Boy

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.