*sebaiknya saya mulai dengan mengucapkan Wallahu A’lam Bishawab, terlebih karena ilmu agama saya mah cetek banget.
Barusan baca surat An Nur. Saya baru sadar. Ternyata surat An Nur itu dari ayat 2, sudah to the point membahas hukuman -tepatnya hukuman bagi pezina. Menariknya, untuk melindungi perempuan, di Ayat 4-7, Allah SWT menegaskan perlunya syarat yang berat jika mau menuduhkan perzinaan: perlu memiliki 4 saksi -atau alternatifnya, bersumpah 4 kali, plus satu tambahan sumpah melaknat diri sendiri jika berbohong.
Syaratnya berat, ya? Ya, berat lah. Soalnya menuduh itu memang perkara berat, bro.
Sebagai muslim yang miskin ilmu, saya sekarang berusaha ngaji ditemani sebuah situs tafsir online (silahkan cobain www.tafsirq.com). Dari situ dan beberapa situs lain, saya jadi tahu bahwa ayat-ayat awal surat An Nur ini diturunkan pada Rasul terkait peristiwa tuduhan perzinahan yang dituduhkan oleh Hilal bin Ummayah dan sebuah peristiwa lain yang dituduhkan kepada Aisyah.
Dua kejadian ini rupanya sempat membuat heboh masyarakat Madinah. Bukan hanya karena salah satu kejadian ‘fitnah besar’ ini menimpa salah seorang istri Nabi, tapi juga karena skala penyiaran berita bohong ini sangat massif untuk ukuran kejadian 1400 tahun yang lalu.
Nah, justru yang membuat saya agak merinding adalah ayat ke-11 dan selanjutnya. Yaitu peringatan bagi penyebar berita bohong:
11. “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”
12. “Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang Mukminin dan Mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.”
14. “Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.”
15. “(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.”
16. “Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar”.
17. “Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.”
19. “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.”
Well, saya bukan seorang ahli agama, tapi ada yang punya perasaan sama dengan saya enggak? Bahwa ayat-ayat ini terlalu dekat dengan kehidupan on-line kita? Gaya berita ‘yang penting banyak diklik’, atau hobby ‘share tanpa re-check’ dan ‘copas dari kamar sebelah’. Yang ternyata lebih banyak hoax daripada kenyataannya.
*IMHO, kamar sebelah sampai kapan pun tidak bisa dijadikan referensi yang bisa diandalkan. Pernah ngebayangin gak ngebaca catatan kaki skripsi : ‘Sebelah, Kamar. 2015. Balai Pustaka, Jakarta’ …. hahaha .. gak akan lulus sidang, dijamin.
*Yakin mau share?
==========
*kejadian yang menimpa Hilal bisa dibaca di sini >>http://www.syahida.com/…/asbabun-nuzul-sebab-turunnya-aya…/…
*kejadian yang menimpa Aisyah’ bisa dibaca di sini >>http://www.syahida.com/…/asbabun-nuzul-sebab-turunnya-aya…/…
atau
http://tafsirq.com/24-an-nur/ayat-11#tafsir-jalalayn