“Da kumaha atuh, nu ngarana jodoh mah jorok (Ya gimana lagi, yang namanya Jodoh itu Jorok *sundanesse)” kata kang Yerry Primadi suatu pagi ketika kita ngobrol tentang betapa tidak bisa diprediksinya suatu hal bernama ‘Jodoh’.
Saya sendiri tidak pernah habis pikir bagaimana hati dua manusia bisa saling tarik menarik. Sampai-sampai sering membuat rasio kita ikutan reses, seperti anggota Dewan yang terhormat. Ada juga yang bilang bahwa semua orang sebenarnya pandai, kecuali di hadapan lembar ujian dan di hadapan kekasih. Akuilah … pernah terjadi juga sama kita semua kan?
Saya pernah keceplosan menebak jodoh seorang teman. Ceritanya suatu hari, seorang teman baik saya pernah menelepon, menanyakan apakah saya punya teman yang bekerja di suatu kantor media terkenal di Jakarta. Kebetulan dia baru diterima di sana dan akan segera mulai bekerja. Saya bilang,”Oh iya, ada. Saya kenal Bang F. Dia kerja di sana juga”. Teman saya lalu minta dikenalkan. Entah kenapa saya kemudian nyeletuk #offside,”Eh, beneran lu mau dikenalin? Soalnya kayaknya berbahaya nih. Dia tipe lu banget. Jangan2 nanti lu jadian… hehehe”. …. Ternyata beberapa bulan kemudian mereka mengirimi saya undangan pernikahan. Betulan! Gak bohong.
Bulan Oktober 2014 lalu,saya kenalan sama seorang pengusaha yang membuat situs perjodohan yang memilik algoritma kecocokan berdasarkan profil psikologi masing-masing member. Saking salutnya saya sama usahanya Razi Thalib, malam harinya saya posting tentang situs tsb, http://www.setipe.com, di wall saya. Maksudnya sih iseng aja, karena sebenernya kabanyakan teman seangkatan saya udah pada menikah. Saya cuman sempat komen, sebaiknya jangan dipakai untuk cari istri ke-2 ya 🙂 Taunya di akhir bulan Desember, seorang sahabat lama saya, nulis pesan di timeline FB. Bunyinya kurang lebih, “Ben dateng ya ke pernikahan gue bulan Januari”. Ternyata sahabat lama saya ini beneran ngeklik tautan yang saya posting, membuat profil di sana, Kenalan sama orang -yang ternyata jodohnya! Dan nikah di bulan Januari 2015. Ajaib kan?
Lebih ajaib lagi adalah cerita teman saya. Dia bilang kakak perempuannya nikah dengan laki-laki yang sebelumnya bertengkar di gedung parkir, gara-gara masalah parkiran mobil. Walau pertemuan pertama mereka adalah ‘pertengkaran’, ternyata lanjut ke pelaminan. Spektakuler, bukan?
Memang sih, saya juga setuju sama pendapat yang menyarankan agar mencari jodoh sebaiknya di tempat-tempat yang baik. Di pengajian, di masjid, di kampus, di komunitas sosial, dll. Tapi ya kadang-kadang belahan diri kita muncul di tempat-tempat yang tidak terduga. Di luar skenario ideal! Kadang bukan cuman tempatnya yang tidak ideal. Situasi juga tidak ideal. Lebih parah lagi, si Jodoh nya pun tampak tidak ideal. Tapi percaya deh, tidak ada perempuan yang ideal untuk diri kita. Kita gak bisa ‘indent’ tipe perempuan ideal kepada Yang Maha Pencipta. Perempuan bukan Avanza. Kalau sayang sama perempuan, berarti harus siap ‘membangun’ dia seperti kita membangun motor klasik kesayangan. Bedanya sama motor klasik? Perempuan akan balik membangun kita. Begitu kurang lebih pengalaman saya. Tapi sayangya saya gak punya motor klasik. Jadi mungkin kurang bisa dipercaya nasihatnya.
Gak terasa, hari ini saya dan Fanny genap 12 tahun menikah. Tadi siang saya belikan anak-anak satu box pizza besarr, karena kita gak mungkin merayakan ulang tahun pernikahan kali ini di luar rumah. 3 dari 5 anggota keluarga kami, termasuk si bayi Arix, masih harus di-‘karantina’ karena matanya diserang infeksi virus sejak tiga minggu yang lalu.
Sambil makan Pizza, saya menjelaskan apa itu ‘anniversary’, yaitu peringatan hari pernikahan Mamah dan Papah. Kita juga jelaskan bahwa ibu dan bapaknya, berbeda dengan mereka yang saudara sedarah, sebelumnya adalah sepasang orang yang tidak saling kenal. Kita bertemu sesudah besar. Lalu memutuskan untuk hidup bersama dengan menikah. Si Samsam ngangguk, dia sudah cukup besar untuk mengerti konsep ‘menikah’. Si Sakti yang baru 5 tahun, kayaknya ngangguk-ngangguk karena tidak ingin diganggu. Untuk dia, pizza mungkin lebih menarik daripada obrolan soal pernikahan.
Tiga puluh menit kemudian, Samsam dan Sakti ketawa-ketawa sambil membawa laptopnya ke depan saya yang sedang mengetik. Rupanya, setelah saya dan ibunya cerita tentang hari pernikahan kita, mereka sepakat mau membuatkan hadiah ‘kartu anniversary’ pakai CorelDraw. Yang membuat saya ketawa terbahak-bahak adalah gambar di pojok kiri. Si Samsam menggambarkan angkot hijau dengan gambar hati di atasnya. Rupanya saya udah kecolongan menceritakan di mana dulu kita berdua bertemu. Wahahaha … gak ideal banget tempatnya! Ah, sudahlah. Insyaallah yang penting bahagia lalu nanti masuk surga 😀
————————————–