Sebelum kita terbawa emosi dalam perebutan kekuasaan Pilpres tahun depan. Sebelum kita mencaci-maki sesama muslim –yang seharusnya kita cintai. Sebelum orang yang sedang memperbaiki agamanya –kita cap kafir di keningnya. Sebelum kita mengagung-agungkan manusia –yang sebenarnya penuh salah juga seperti kita. Saya memohon saudara-saudara muslimku menonton sedikit pelajaran dari masa lalu ini.
——
Sebuah pemandangan yang tidak wajar pernah terjadi 14 abad yang lalu. Ketika itu tampak kaum Khawarij sedang membaca Al Qur’an di sebuah lapang. Mereka tampak seperti muslim-muslim yang taat, yang menenggelamkan diri dalam kalam-kalam Illahi.
Satu hal yang sangat janggal adalah bahwa mereka membaca Al Qur’an sambil duduk di atas jenazah-jenazah muslim lain yang berbeda pendapat dengan mereka. Di antara jenazah-jenazah yang bersimbah darah di sana, terbilang beberapa sahabat-sahabat Rasulullah yang gugur mempertahankan imannya.
Ketika sebuah apel terlihat menggelinding tak jauh dari mereka, salah satu dari mereka terlihat hendak mengambil apel tersebut, namun dilarang oleh salah satu saudaranya. “Jangan kau ambil apel tersebut! Apel itu tidak halal untuk kita. Karena kita tidak tahu siapa yang memilikinya. Sehingga tidak bisa minta izin padanya.”
Pertunjukan sifat terpuji –sifat wa’ra— diperlihatkan dengan gemilang oleh kaum Khawarij. Namun, dilakukan di atas jenazah sesama saudara muslimnya. Astagfirullahal ‘adzim.
—–
Jangan sampai terjadi kembali. Tidak di bumi Indonesia. Tidak di belahan dunia yang lain, Ya Allah. Kami memohon kepada-Mu. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
~Terima kasih, Ustadz Hanan Attaki atas pengingatnya.