Sayang, Adab Kita Bernegara Belum Seindah Adab Kita Sholat Berjama’ah

on

Saat shalat maghrib kemarin, kami –jama’ah yang tidak saling kenal– sepakat mempersilahkan seorang bapak berumur empat puluhan tahun untuk menjadi imam.

Dia mengenakan baju yang rapih, terlihat sopan, tenang dan ada sedikit janggut di dagunya.

Walau tidak ada jaminan 100%, bahwa pembawaanya ini mencerminkan kemampuannya memimpin menjadi imam. Toh dalam hitungan detik semua jama’ah mundur menjadi makmum dan mempersilahkan beliau memimpin di depan.

Masyaallah. Di rakaat pertama beliau memperlihatkan bahwa kami tidak salah memilih dia sebagai pemimpin. Dengan suaranya yang indah, dia membacakan Al Fatihah dan surat Al Kafirun dengar sangat menyentuh.

Nyaman sekali menjadi makmumnya.

Setelah membaca Al Fatihah di rakaat ke-dua, beliau memilih surat yang memperingatkan kita untuk tidak bermegah-megahan di dunia; Surat At Takasur.

Kembali. Dia membuat surat pendek ini menjadi sangat Indah. Sangat syahdu.

al-hākumut-takāṡur
ḥattā zurtumul-maqābir
kallā saufa ta’lamụn
ṡumma kallā saufa ta’lamụn

……… hening…..

…. selama empat detik hening…

Subhanallah. Rupanya beliau lupa ayat selanjutnya.

Empat orang makmum, tanpa komando, langsung membantu mengingatkan pemimpinnya.

kallā lau ta’lamụna ‘ilmal-yaqīn –dengan suara jelas dan tidak berlebihan, makmum mengingatkan imamnya

Alhamdulilah, imam langsung menyadari kekhilafannya dan meneruskan bacaannya

kallā lau ta’lamụna ‘ilmal-yaqīn
latarawunnal-jaḥīm
ṡumma latarawunnahā ‘ainal-yaqīn
ṡumma latus`alunna yauma`iżin ‘anin-na’īm

Imam kemudian meneruskan memimpin shalat tiga raka’at kemarin. Setelah shalat. Kami saling mengucapkan assalamualaikum, saling tersenyum dan bersalaman. Gugurlah semua dosa di antara kami.

Tidak ada kata lain. Indah. Sholat memang indah.

Sholat mengajarkan kita untuk menjadi leader yang baik. Sholat mengajarkan kita untuk menjadi followers yang baik.

Bayangkan jika kita semua; rakyat, umaro dan ulama, bisa menegakkan sholat kita. Menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berkeluarga. Dalam bernegara.

Sehebat apapun seorang pemimpin. Dia hanya manusia. Ke-manusiaan-nya pasti membuatnya memiliki cacat dan kekurangan.

Itu sebabnya Allah SWT, jika ingin memberikan kehidupan yang barokah, syaratkan dia pengikut-pengikut yang beradab. Pengikut yang mengangkat dan mengingatkannya ketika di salah dan khilaf.

Ini pengingat juga bagi kita sebagai pengikut.

Ingat, kualitas pemimpin kita –hanya akan sebaik kualitas kita sebagai pengikut.

Kita harus berhenti bermimpi akan mendapatkan pemimpin seperti Nabi Muhammad Saw kepada Abu Bakar Ra. Ketika kita memilih bersikap seperti kaum khawarij kepada Ali Ibn Abu Thalib Ra.


Wallahua’alam bishawab

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.