Beberapa hari yang lalu, makan siang dengan Hanafi Salman dan Nindin M Moersid. Sempat menyinggung obrolan tentang masa muda kami, yang dihabiskan bersusah payah belajar membangun usaha.
Kita bertiga sepakat bahwa membangun usaha itu berat, bung. Jatuh-bangun, untung-rugi yang menguras energi dan kesabaran.
Tapi toh ternyata kami bertiga sampai saat ini masih ikhtiar di jalan yang sama. Jadi kami saling mempertanyakan kenapa juga masing-masing mau saja bersusah-susah seperti itu. Rupanya tiap orang punya pendapat dan cara berpikir yang berbeda-beda. Semua orang punya trik –atau bahkan pembenarannya 🙂
Pada obrolan itu kita sempat membicarakan proses yang berbeda yang dilalui setiap pengusaha. Ada yang tahun pertama langsung sukses (lalu sesudah itu tetap sukses atau langsung terjun bebas), ada yang butuh belasan tahun untuk sukses, bahkan kalau dipikir-pikir ada yang ganti generasi baru sukses.
Tidak disangka, semalam saya mendengarkan sebuah nasihat dari Dr Khalid Basalamah, MA. Nasihat ini membuat saya lebih mengerti bahwa ternyata apapun pilihan hidup masing-masing, pengusaha atau atlet, atlet sukses atau tidak, –yang penting adalah bagaimana kita menjalani prosesnya. Target dunia kita mungkin beda-beda, tapi kita akan kembali ke tempat asal kita dengan ditimbang berdasarkan seberapa baik kita menjalani prosesnya.
Ini nasehat pendeknya:
———
“Nikmatilah proses hidup anda. Karena setiap proses, dalam ajaran Islam, -ada pahalanya.
Bahkan ketika do’a kita belum dijawab oleh pada Allah SWT, tetap nikmati prosesnya. Semua proses dan do’a ini membuahkan pahala bagi anda.
Jika anda sedang makan ikan, jangan sambil mengkhayal makan ayam.
Nanti jadi tidak enak rasa ikannya.”
———
Bener juga, pak. “Nikmati prosesnya. Nikmati ikannya.”