~catatan kecil negeri Tiongkok (I)
Jam menunjukkan pukul 5 sore. Saya dan Hanafi celingak-celinguk berusaha mencari ruangan kecil untuk menunaikan sholat Dzuhur dan Ashar di dalam salah satu kompleks perdagangan bahan kulit terbesar di propinsi Kanton.
Akhirnya kita sadar, walau mencari makanan halal di Tiongkok tidak terlalu sulit –mencari mushala sih lain cerita. Yang pasti di kompleks perdagangan ini tidak ada ruang khusus untuk sholat. Sementara hotel kami jauh, sekitar 1 jam perjalanan dari sana.
Akhirnya setelah menuntaskan bisnis di salah satu toko di sana, saya memberanikan diri bertanya pada sang pegawai toko.
“Excuse me. Do you know where I can pray? (sambil mengangkat dua tangan saya ke atas, mencontohkan takbiratul ihram). You see, I’m a muslim. I need to pray before the sun sets”.
“…….”, jawabnya melongo
“I am a muslim. I need room to pray. Only 5 minutes”, ulang saya dalam grammar yang lebih sederhana.
“….. ooooh … muslim pray ah“, dalam dialek mandarin yang lebih kental dari kopi teman saya si Dewo
Bangsa Tiongkok itu bukan bangsa yang asing dengan budaya Islam. Sebagian dari mereka bahkan lebih dahulu memeluk agama Islam dibandingkan orang Sunda seperti saya. Jadi sholat-sholat doang mah (seharusnya) mereka ngerti lah.
Pegawai toko itu kemudian memandang berkeliling tokonya, seperti berpikir agak ragu.
“So, is there a room where I can use?“, kata saya
“Ahhh … you … cannot pray here“, katanya agak terbata-bata
Agak kecewa saya mendengarnya. Karena biasanya mereka sangat membantu kalau ikatan bisnis sudah berjalan.
“Do you know somewhere else I can pray. I really need to pray“, kata saya keukeuh.
“No No. You cannot pray here” katanya juga keukeuh.
Di dalam hati saya mulai berpikir, jangan-jangan ini tipe orang yang anti-agama. ….. well …. eh tapi ternyata saya salah. Karena dia lalu meneruskan jawabannya.
“You cannot pray IN THIS ROOM. Because my Boss, he HAS A GOD in this room”. Sambil menunjuk pada patung idol kecil seukuran teko yang dikelilingi hio di dinding.
“You want to pray. No problem. In the warehouse, ok? Just not in this room.” lanjutnya ramah.
Kemudian dia mengajak saya berjalan ke gudang di belakang sambil bercerita bahwa dia sendiri tidak punya agama, tapi bos-nya sangat religius. Jadi dia tidak berani memberikan izin saya untuk sholat di ruangan yang ada Dewa-nya. Mungkin dia khawatir ‘Dewa’ saya akan gelut dengan ‘Dewa’ Boss-nya.
Hahaha .. oke deh. Sama seperti kamu. Saya juga akan menghargai kepercayaan kamu (dan boss kamu), jika kamu (dan boss kamu) menghargai kepercayaan saya.
Asia memang keren dan penuh warna. Asia Rocks! Titip salam kompak pada Walikota Nice dan walikota kota lain di Perancis yang melarang pemakaian burkini. Kalian harus datang ke Asia untuk belajar bagaimana orang komunis dan orang muslim berdagang, ibadah dan ngobrolin kehidupan 🙂