12 Tahun Mengajak Anak-anak Hiking. Tips #1 : Dress for the Outdoor

Untuk saya dan istri, Bandung adalah satu kota yang pas dengan cara kami menikmati hidup dan membesarkan anak. Sebuah kota modern yang dikelilingi tempat bermain favorit kami -perbukitan dan pegunungan. Setiap kali kita kelebihan dosis kehidupan kota, kita minggir sedikit lalu menyembuhkan diri dengan melimpahnya udara segar dan jernihnya alam berwarna hijau yang hanya berjarak satu jam-an dari rumah.

Ketika kami masih hidup berdua saja, beberapa kali kita melakukan perjalanan spontan yang kadang kurang jelas alasan dan tujuannya. Seperti misalnya, naik turun Kawah Domas Gunung Tangkuban Parahu -di tengah bulan puasa. Romantis sih …. tapi … haus, meeen!

Ketika akhirnya kami punya anak pertama, hobby jalan-jalan terpaksa di-pause. Sampai akhirnya bayi Samsam mulai besar. Tapi ternyata jalan-jalan bertiga (bersama balita) sama sekali berbeda dengan jalan-jalan berdua saja. Ada faktor anak yang harus jadi pertimbangan.

Jadi mulailah kita mencari cara hiking bersama anak. Dan gak kerasa, sekarang sudah hampir 12 tahun saya menjalani hobi ini bersama istri : ngajak anak-anak hiking saat akhir minggu –walau tidak setiap minggu. *kita pun keluarga biasa yang harus hadir di nikahan sanak kerabat, menengok bayi yang baru lahir, kadang ingin berenang dan tetap ingin jalan-jalan ke mall.

Setelah dilalui sekian lama, kami jadi sadar bahwa jalan-jalan di alam bebas adalah sesuatu yang sangat bermanfaat. Badan sehat dan suasana keluarga yang kompak dan happy adalah beberapa manfaat utamanya. Manfaat sekundernya? It looks good on your Facebook and Instagram. Kan keren kalau suatu saat cucu-cucu kita ngecek timeline kita. “You’re such a cool grandpa!” Yes, terlalu bermanfaat untuk tidak dilakukan. Dan kebetulan aja, ini rekreasi yang jauh lebih murah daripada nonton bioskop sekeluarga —yang makin lama makin terasa mahal setelah punya anak 3 orang 🙂

Tapi gak mudah menggerakkan keluarga untuk rajin hiking. “Bawa anak kecil mah cape. Anak saya mah gak akan kuat jalan sejauh itu. Pengen sih, tapi ke mana?” Ini adalah beberapa alasan yang sering terlintas pertama kali di kepala. Tapi ini semua bisa diakali, kami sudah bertahun-tahun mencoba menaklukkan masalah ini dan (bisa dibilang) berhasil. Mungkin baiknya pengalaman ini kami bagi di blog ini. Siapa tahu ada manfaatnya untuk orang tua yang lain. Btw, ini tips untuk dayhike ya. Artinya hiking tanpa menginap. Pulang hari gitu deh. Here goes! 

——————–

Tips #1 : Dress for the Outdoor

Anak-anak suka kostum. Pakaian dan perlengkapan outdoor selain memiliki fungsi melindungi dan mempermudah perjalanan, punya fungsi psikis yang besar untuk anak-anak kecil. Ini membuat mereka merasa diri seperti tokoh-tokoh eksplorer khayalan mereka di film-film yang mereka suka tonton. Itu membuat mereka excited dan enggak rewel di jalan.

Jangan berdandan sama dengan pergi ke mall. Pakai topi, pakai sepatu dengan grip yang dalam -atau paling tidak pakai sendal gunung atau sendal travel. Kalau punya budget, beli hiking pole. Kalau tidak, carikan mereka dahan kayu dari pohon yang sudah mati. Untuk mereka itu bukan hanya alat bantu hiking –itu M16 –itu bedil!

Pakaian hiking itu tidak perlu kemahalan. Yang penting pilihlah baju yang melindungi tubuh dari matahari sekaligus menyerap keringat dan ‘bernafas’. Saya jarang memilih pakaian polyester, matahari di Indonesia terlalu panas, dan bahan polyester murni membuat udara panas terperangkap di dalam baju. Pilihlah bahan katun atau campuran katun dan polyester. Sehingga udara panas dapat keluar dari dalam baju dan angin dingin dapat mendinginkan tubuh yang kepanasan. Oh iya, do not wear black even when it’s 100% cotton. Warna hitam menyerap panas matahari dengan hampir sempurna. Gak mau badan kita jadi pressure cooker kan?

Pakai baju lengan panjang dan celana panjang jika trek yang akan dilalui penuh semak belukar  atau pepohonan. Amannya kalau itu trek baru, pakai celana panjang aja deh. Tapi jangan pakai celana jeans karena bahan denim terlalu berat dan susah kering kalau kita kehujanan di jalan. Bolehkah pakai celana pendek? Boleh, selama kita tahu jalannya tidak berduri atau penuh dahan pepohonan yang rendah. Kalau mau trekking di dekat sungai, saya kadang memilih celana pendek juga.

p_20160116_074140_bf-medium

Kalau bawa batita, pakaikan topi yang melindungi muka dan tengkuk, baju lengan panjang tipis, celana panjang tipis dan sepatu. Jangan lupa ulaskan sun block yang cocok dengan kulit anak kecil. Kulit mereka masih tipis dan mudah terbakar matahari. Kami pernah membawa si Arix yang belum genap berumur satu tahun hiking dan lupa bawa topi. Walau cuman 3 jam, kulitnya langsung berubah seperti udang rebus. Tapi ternyata kembali ke warna putih dalam 1-2 harian. Jadi tidak perlu panik juga sih. Kulit anak yang dasarnya putih tidak akan berubah jadi hitam seumur hidup, hanya gara-gara kepanasan satu hari. Kalau dasarnya berkulit hitam, gak akan jadi putih juga gara-gara hiking 🙂

 


*)bersambung. Nulisnya dicicil, ya.

Tas dan pakaian pada foto utama di-endorse oleh http://www.torch.id

 

 

 

3 Comments Add yours

  1. lagilagibali berkata:

    Suka sama tema postingan om benben mengenai ngajak anak untuk hiking. Kebetulan sedang berbadan 2 nih om dan persiapan punya anak nyari-nyari info kira-kira kegiatan apa yah yah seru buat dilakuin ketika anak sudah bisa diajak ngebolang, eh ketemu postingannya om. Secara papanya ngak hobby ngemal dan kita ada rencana pindah ke Indonesia dari australia yang kalo disini hutan dan taman asri tuh banyak banget selain itu kita juga tinggal di daerah peternakan yang masih hijau tanpa batas. Seru-seru tips-tipsnya jadi pengen hiking bareng keluarga secepetnya. Nuhun om buat postingannya.

    Disukai oleh 1 orang

    1. ombenben berkata:

      Kota-kota di Indonesia memang tidak sehijau dan tamannya tidak seteratur di sana, tapi yang namanya bertualang sih yang penting bertemu yang ‘baru’ dan ‘challanging’. Kalau soal ‘challange’ kayaknya di sini jagonya … hehehe

      Semoga lancar dengan baby-nya.

      Disukai oleh 1 orang

      1. lagilagibali berkata:

        Makasih om benben. Siap nanti dicoba kalo si kecil sudah bisa diajak jalan-jalan sama papa mamanya. 🙂

        Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.