Dalam proses perakitan rumah kayu, selain ketersediaan listrik seperti yang saya tuliskan di blog post sebelumnya, juga perlu disediakan tempat tinggal untuk para pekerja –biasanya cukup untuk sekitar 5-6 orang pekerja. Agak beda dengan membangun rumah beton yang memakan waktu agak lama, perakitan rumah kayu kecil sebenarnya hanya membutuhkan waktu 10-15 hari saja. Sehingga sebenarnya jika ada rumah atau kamar yang bisa di sewa di sekeliling proyek perakitan, lebih baik menyewa saja daripada harus membangun bedeng atau bangunan sementara untuk pekerja. Toh, sebenarnya hanya akan dipakai seminggu-dua minggu saja. Cukup beruntung, tidak jauh dari Kabin Putih Lembang, ada sebuah rumah pekebun sayur yang bisa kami sewa selama 2 minggu.
Mari kita lanjutkan obrolan tentang pemilihan jenis kayu dan pemilihan finishing kayu. Dua hal ini berhubungan sangat erat dan justru adalah poin lebih dari sebuah bangunan kayu. Jadi pastikan jangan salah membuat keputusan.
Ada beberapa pertimbangan penting ketika memilih jenis kayu yang akan digunakan:
- Harga Kayu. Yes… yes … yes… jika tidak punya budget melebihi budget membangun rumah beton, maka jangan pilih kayu kelas atas seperti Jati dan Sonokeling. Kayu jenis ini beda harganya bisa tiga kali lipat dari kayu kelas menengah seperti kayu mahoni. Tapi gak semua bangunan kayu harus pake kayu jati, kok. Semua jenis kayu ada kekuatan dan kelemahannya. Pilih yang paling pas untuk keadaan dan kebutuhan masing-masing. Estetika itu bukan anaknya harga, tapi anaknya kreativitas.
- Sifat Kayu; kekuatan, nilai estetika dan pemuaian bahan. Harga kayu juga berhubungan dengan tiga sifat ini; kekuatan (seberapa padat serat kayu tsb), estetika (seberapa indah kayu tsb) dan pemuaian (seberapa banyak pemuaian panjang/lebar kayu ketika terekspos suhu dan kelembaban udara yang berbeda). Penting juga untuk memilih mana kayu yang cocok sebagai struktur utama, sebagai panel dinding, lantai atau kusen. Kayu dengan kepadatan serat yang tinggi umumnya bagus untuk bagian-bagian struktur. Tapi untuk panel dinding, sebenarnya cukup mencari kayu yang motif urat kayunya indah atau memiliki warna natural yang unik.
Beberapa jenis kayu memiliki nilai keindahan yang tinggi tapi lemah kekuatannya, seperti misalnya Jati Belanda. Jati Belanda memiliki lukisan serat kayu yang indah tapi seratnya tidak padat –sehingga selain mudah patah, dia juga tidak water proof. Kayu Jati Belanda juga contoh kayu yang pemuaiannya tinggi, sehingga kalau dipaksakan dibuat menjadi pintu, suatu saat pintunya akan miring-miring.
Bicara tentang estetika kayu, Kabin Putih Lembang dirancang dengan sangat memperhitungkan estetika-ekonomi. Intinya saya ingin feel-nya terasa lebih mahal dari pada cost membangunnya 🙂 Untuk itu kami memutuskan untuk agak capek sedikit dalam memilih kayu tapi memaksimalkan warna alami dan teknik finishing agar hasil akhirnya lebih nendang.
Nah, sebenarnya tidak banyak yang sadar bahwa setiap jenis kayu memiliki tone warna yang berbeda-beda. Jadi sebenarnya tanpa menggunakan cat yang berbeda, kayu sudah memiliki warna yang berbeda. Tinggal kita pilih-pilih saja kayu apa yang paling cocok untuk tone warna ruangan yang kita inginkan.
Kami akhirnya mendapatkan 4 jenis kayu dengan 4 tone warna yang berbeda yang cocok untuk suasana Kabin Putih. Kayu-kayu ini semuanya bisa ditemukan di Pulau Jawa, jadi tidak harus membayar terlalu mahal untuk mengirimkannya ke Lembang.
Kayu-kayu tersebut adalah :
> Kayu Mahoni yang berwarna kemerahan
> Kayu Weru yang berwarna kecoklatan
> Kayu Waru yang berwarna kelabu-ungu
> Kayu Salam yang berwaran kekuningan
Foto di samping/atas ini adalah foto kayu-kayu tersebut ketikan disusun menjadi lantai, sebelum difinishing menjadi warna lebih gelap. Foto di bawah adalah foto ketika sudah difinishing dengan tone gelap.

Untuk bagian dinding kami menggunakan kayu yang sama, namun kami menggunakan teknik finishing yang berbeda. Teknik finishing ini disebut sebagai teknik white wash. Sebuah teknik menggunakan cat putih yang diencerkan dengan banyak air lalu disemprotkan/diulas tipis-tipis. Teknik ini mempertahankan warna bawaan kayunya. Hasilnya adalah panel dinding kayu dengan tone warna-warni pastel, seperti yang terlihat di gambar di bawah ini.

Kunci dari konsep ruang Kabin Putih adalah tidak membiarkan bidang dinding dan lantai menjadi cemplang dengan memberikan banyak nuansa warna dan garis-garis yang tercipta karena perbedaan warna. Hal ini juga dimanfaatkan di plafond kayu yang sengaja dicat dengan tone gelap lalu dikontraskan dengan balok struktur kayu berwarna putih pekat. Bidang yang tercipta menjadi hiasan tersendiri tanpa harus menambahkan dekorasi macam-macam, kecuali sebuah kerangka lampu warna hitam.

Saya sempat bereksperimen dengan warna lampu, sampai pada akhirnya berkesimpulan memang warna lampu kuning tetap lebih hangat dan mengeluarkan kesan country daripada warna putih. Tapi khusus untuk lampu meja makan, kami sengaja memilih lampu LED yang dapat memijarkan pilihan warna putih maupun warna kuning.
Tangga kayu somewhat jauh lebih feminin daripada tangga beton. Teksturnya yang lebih empuk dan urat kayunya yang cantik memang harus diekspos dengan paduan struktur kiri-kanannya yang berwarna solid white. Menambahkan sedikit kolase foto di dindingnya, rasanya pas –agar tamu-tamu tetap bisa melihat foto adventure keluarga kami sambil naik ke lantai atas.
Kabin Putih memiliki luas bangunan yang tidak terlalu besar. Hanya sekitar 70 m2, jadi hanya ada ruang untuk satu karpet. Oleh karena itu kami agak serius mencari karpet tanpa memaksakan budget yang terlalu mahal. Akhirnya setelah melihat-lihat di beberapa toko modern yang menjual karpet, kami justru jatuh cinta pada karpet kotak-kotak bernuansa merah yang kami temukan di Pasar Gembrong – Jakarta. Tidak terlalu mahal, tapi cocok untuk Kabin Putih yang modern tapi ngampung ini.
Sentuhan penting bagi Kabin Putih adalah mebel-nya. Memang bukan hal paling sulit sih, karena sebenarnya kalau bangunan sudah dirancang dengan warna putih, mebel berwarna apapun jadi cocok-cocok saja. Never the less, ini saya anggap sebagai proses yang paling asik, karena bisa dikerjakan sendiri.
Ikea memang sebuah pilihan empuk untuk Kabin Putih, tidak hanya karena luasnya pilihan modern furniture di sana. Tapi juga karena selama masa kuliah, saya sebenarnya bermimpi menjadi desainer furniture untuk Ikea. Cita-cita tidak kesampaian, ceritanya. Hehehe…
Jadi walau tidak 100% made in Ikea, kami menggunakan banyak sekali set mebel buatan Swedia ini, karena banyak desainnya yang cocok untuk rancangan kabin kecil yang terbuat dari kayu. Misalnya Ikea Leirvik, tempat tidur bergaya country ini cocok sekali untuk kamar utama di lantai atas. Bukan hanya karena gaya country-nya yang cocok –tapi juga karena ukuran bed-nya yang lebih kecil daripada umumnya tempat tidur yang ada di pasaran. Jadi cocok dengan ruang kayu ukuran tanggung di lantai dua.
Ada sedikit pengalaman berharga untuk teman-teman yang bermaksud membeli Ikea yang akan dipasang di luar Jakarta:
- Jangan belanja terlalu banyak di saat yang bersamaan, sampai kita harus mengirimkan sebagian mebel ukuran besar via jasa kiriman Ikea. Mahal, Bo! Saya pernah nyaris mengirim satu set furniture ke Bandung. Dan biaya kirimnya adalah 1 juta rupiah. *gak jadi deeeh…
- Kalau tidak punya mobil keluarga, seperti Ertiga atau Avanza, yang memiliki ruang luas di belakang. Lebih baik menunggu agar Ikea melakukan promosi free ongkir ke Bandung. Dua tahun kemarin mereka selalu punya promosi ini bekerjasama dengan PT Pos Indonesia.
- Bagi yang punya mobil keluarga. Ukur panjang sekaligus diagonal ruang belakang mobil anda. Beberapa mebel Ikea hanya bisa dibawa dalam posisi melintang, jadi pastikan kita tahu berapa diagonal ruang belakang mobil ketika kursi belakang dan kursi tengah dalam keadaan terlipat. *tenang, setiap mebel Ikea pasti mencantumkan ukuran panjang dan lebar di packaging-nya.
- Kalau anda memang ingin melengkapi rumah anda dengan mebel Ikea, sebaiknya rancang sejak awal –ketika rumah masih dirancang di layar komputer. Karena hampir semua mebel Ikea (dan ukurannya) ada di dalam 3D warehouse-nya SkechUp. Daripada sudah beli mebel, taunya kegedean, kan?
Kalau mau disimpulkan, konsep warna furnishing Kabin Putih sebenarnya simple: dinding empat warna pastel + lantai coklat gelap + struktur kayu putih solid + aksen warna terang kecil di sana-sini. Hasil akhirnya seperti gambar di atas. Not bad, right?
Well, alhamdulillah. Kabin Putih Lembang sekarang sih sudah berdiri kokoh dan elok. Bahkan sejak akhir Desember 2017 sudah available untuk disewa via Airbnb. Hasil berkhayal dan kerja keras ini akhirnya membawa manfaat bagi keluarga kami, serta keluarga dan teman dari tamu-tamu kami.
——-
Di posting selanjutnya saya akan berbagi cerita tentang Airbnb, ah. Tentang cara menggunakannya untuk mengirit biaya liburan –dan tentang mencari uang dengan menjadi host-nya. Mau?
Habis brp bikin gini? Hehe
SukaSuka