Dearest Kang Tisna Sanjaya,
Tenang, kang. Saya bisa menegaskan bahwa jawabannya adalah ‘No’. Saya tidak meninggalkan Kang Emil, atau kebalikannya. Lepas dari perbedaan pendapat atau pilihan-pilihan hidup, bagi saya, dia tetap seorang sahabat sekaligus pemimpin. I chose not to leave my friend alone in 2013, and I won’t leave my leader today. Insya Allah.
Jadi sebenarnya sudah hampir 5 bulan, saya dan banyak rekan-rekan dalam ekosistem ekonomi kreatif di beberapa kota dan kabupaten se-Jawa Barat menghabiskan puluhan -kalau tidak ratusan- jam kerja, untuk membantu pengembangan Ekonomi Kreatif Jawa Barat.
Teman-teman mungkin sudah tahu dari Instagram pak Gubernur, bahwa kota dan kabupaten di Jawa Barat akan dihubungkan dengan jejaring Creative Hub level provinsi pertama di Indonesia. Teman-teman juga mungkin sudah membaca berita di koran-koran bahwa sebuah Lembaga Ekonomi Kreatif level Provinsi (yang pertama juga) akan didirikan di Jawa Barat.
Yang salah satu tujuan sederhananya adalah menghubungkan dan mengefektifkan rantai nilai penciptaan kreativitas, produk kreatif dan industri kreatif yang tersebar di Jawa Barat. Sehingga ekosistem ekonomi kreatif Jabar akan tumbuh besar dan memberikan manfaat sebaik-baiknya bagi rakyat. Manfaat bagi siapapun; kehidupan seorang content maker yang hidup di tengah hiruk pikuk kota –atau kehidupan seorang nelayan di pesisir pantai Jabar.
Jujur ini bukan hal yang mudah, kang. Kepentingan rakyat berbagai daerah, beragam kepentingan politik, penentuan tujuan serta arah, kapasitas SDM Jabar, panjangnya rantai perundang-undangan yang harus mendukung, kompleksitas penganggaran pemerintah daerah –semua harus dituangkan menjadi strategi pengembangan Ekraf Jabar lima tahun ke depan. Lieur? Pisaaan… 😉
Sejak awal kita tahu bahwa kondisi Indonesia tidak ideal, sehingga strateginya pun dibuat sebagai strategi mengakali keterbatasan. Untungnya, kami sudah puluhan tahun hidup sebagai orang Indonesia: keterbatasan mah makan pagi, siang dan malam kita. Alhamdulillah toh kita masih hidup dan tetap progressing, sampai sekarang.
Never the less, kita hanya punya waktu lima tahun untuk menjawab tantangan-tantangannya. Jika diibaratkan squad Persib yang turun gelanggang dalam kondisi tidak ideal, target paling realistik bukan bermain menyerang sepanjang pertandingan. Lebih baik mengagetkan lawan setiap ada kesempatan, dan tanpa terasa di menit 90 ternyata kita sudah menang besar.
Do’akan, kang!