February 2013
——————
“Kang… Akang HARUS MAU mengajukan diri menjadi Walikota Bandung. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengambil alih kepemimpinan Kota Bandung dari orang-orang itu. Dada Rosada, yang sudah berkuasa dua periode, tidak mungkin mencalonkan diri lagi. Ayi Vivananda dan Edi Siswadi, sang wakil walikota dan sekda Bandung, dua petahana yang tersisa, memang mengajukan diri sebagai walikota –tapi tidak sebagai pasangan. Suara mereka akan pecah. Ada jendela jendela kecil, di mana mungkin saja akhirnya kita akan memiliki walikota yang bukan bagian dari masalah lama.”
Mungkin di bulan itu, saya adalah orang ke 1001 yang mengatakan hal yang sama pada dosen muda arsitektur ITB yang terduduk serius mendengarkan. Mukanya menghitam, keningnya berkerut, dan bibirnya mengkerucut. Muka khasnya kalau sedang berpikir keras. Mungkin hati dan pikirannya bertabrakan di bayangan dunia masa depan yang blur -tidak jelas.
Meminta seorang sipil yang hidupnya baik-baik saja, untuk maju sebagai calon walikota di republik nan lucu ini memang sebuah permintaan yang keterlaluan. Enggak tahu diri banget.
Tapi walaupun permintaan itu keterlaluan. Akhirnya dia berkata ngambang, “Ben, terima kasih. Tapi saya ini bukan orang politik. Keluarga saya juga tampaknya tidak akan mengizinkan. Saya tidak bisa bilang apa-apa sekarang.”
Entah dengan siapa saja dia kemudian berbicara –setelah obrolan bersama saya. Yang saya tahu, beberapa minggu kemudian kita terperangkap dalam sebuah kampanye politik 100 hari yang cukup bersejarah. Karena arsitek muda dengan popularitas hanya 6% itu, akhirnya menang dengan cukup telak, 45% suara.”
Sudah empat tahun saya memiliki walikota yang bukan bagian dari masalah lama. Jalanan Kota Bandung memang berubah, tidak lagi seperti permukaan bulan. Kota ini memang lebih cantik dan nyaman. Itu harus saya akui.
Untuk pertama kalinya, anak-anak muda di sini punya idola pak Wali yang followers-nya mengalahkan Wali Band.
Tadi pagi, saya mendapatkan video sebuah keluarga yang mobilnya dirusak oleh oknum supir angkot yang sedang berdemo. Warga yang mobilnya dirusak ini berkali-kali mengucapkan nama Alllah Swt. Luar biasa tegang, sekaligus membuat geram. Yang tidak saya sangka, sang korban di ujung video masih sempat mengadu, “Pak Ridwan Kamil tolong diusut, Pak Ridwan Kamil. Kami tidak salah apa-apa …”
Padahal kalau dipikir-pikir tindakan kriminal seperti ini, jelas urusannya polisi. Bukan urusan langsung pak Wali. Tapi mungkin sebagian warga sudah kadung dekat dengan figur pak wali yang dalam pikiran warga –pasti mau menolong. Saya pun pernah beberapa kali, ketika berhadapan dengan pungli di jalanan, kontan mengancam, “Ku sayah dibejakeun ka kang Emil siah!”. Biasanya orang yang diancam langsung mundur teratur. Entah malu atau takut.
Sempurna? …. tentu tidak. Walikota Bandung tetap manusia yang biasa. Kadang dia terlihat lelah di tengah pekerjaannya. Kerja sampai malam hari, hampir tujuh hari seminggu. Sudah begitu pun tetap harus ikhlas menerima kritik warga yang belum pecah masalahnnya. Hari ini, mungkin dia harus terima lagi dikomplain warga yang lewat jalan Pasteur hasil hujan badai semalam. Ridwan Kamil, Ahok, dan banyak pemimpin daerah lain, tampaknya belum berdaya melawan faktor alam dan kebiasan buruk warga yang menyebabkan banjir.
Saya yang sebenarnya tidak banyak membantu ini, bahkan masih bisa mengkritik bahwa reformasi birokrasi yang dia lakukan masih jauh dari cukup. Birokrasi Bandung masih lembam dan punya kecenderungan seperti kesebelasan dengan satu striker. Khawatir melihatnya… tapi … siapalah saya. Hanya bisa bicara. Talk is cheap!
Mungkin itu sebabnya Bruce Wayne dan Clark Kent memutuskan berjuang dengan gaya vigilante. Bukan memutuskan nyalon jadi Walikota Gotham atau Metropolis. Di balik penyamaran vigilante, setidaknya mereka masih punya waktu dan kehidupan pribadi.
Salah satu sisi positif jadi vigilante macam Batman dan Superman mungkin adalah minimnya tekanan dan rayuan politik. Selama puluhan tahun, Batman tetap berusaha membebaskan Gotham dari mafia dan villains Gotham. Superman, yang sehebat itu (gitu loh), tetap menjadi warga Metropolis biasa. Yang sekali-kali mengurusi masalah planet bumi. Tapi sesudah itu, ya dia kembali lagi menjadi warga dan pahlawan Metropolis. Spiderman pun tetap setia pada New York City. Belum pernah saya dengan Peter Parker nyalon jadi Gubernur atau Senator dari New York State.
Di dunia nyata tampaknya keadaan jauh berbeda. Orang yang dulu berkata, “Saya bukan orang politik” sudah menjadi tokoh politik muda negara ini. Banyak partai yang mendekatinya. Katanya, karir politiknya harus naik ke jenjang yang lebih tinggi. Katanya, dia harus memberi manfaat untuk lebih banyak orang. Katanya Jawa Barat lebih baik dipimpin oleh Sang Arsitek daripada calon lain yang terlalu ‘klenik’.
Beberapa wartawan berita di negara ini juga tampaknya sudah mulai agak genit. Dengan sebentar lagi pilkada DKI akan berakhir, mereka sudah menyiapkan berita baru untuk dikonsumsi warga indo-internet: Pilkada Jawa Barat. Segala macam berita tentang Ridwan Kamil didekati partai warna-warni sudah dan akan terus terbit. Tidak peduli apakah seratus persen berkadar berita atau separuhnya berkadar isyu. Yang penting klik-klik-klik. Because click is money. Siapapun tokohnya, apapun beritanya, yang penting uang mengalir melalui situs mereka. Tak peduli betapa lebar dan dalam luka yang mereka akibatkan pada tubuh bangsa ini.
Saya khawatir dengan semakin kerasnya isyu Pilkada Jawa Barat, maka Bandung akan mulai berubah menjadi side issues —isu sampingan.
Padahal Bandung itu bukan isu bagi kami. Transportasi massal yang belum terwujud itu masalah nyata. Sampah yang belum terkelola secara berkelanjutan itu masalah nyata. Harga rumah yang terlalu mahal itu masalah nyata. Tingkat kriminalitas yang cenderung naik dengan semakin metropolisnya Bandung itu masalah nyata. Kurang tingginya kinerja SDM pemerintahan juga masalah yang sangat nyata.
Seorang teman saya yang warga Bandung Barat pernah bilang, “Kalian mah egois. Tidak mau berbagi pemimpin. Kasian atuh gua yang tinggal di kabupaten. Berbagi atuh lah.” … ah … seandainya ini hanya masalah mau berbagi atau tidak. Kami rela pemimpin kami dibagi tujuh, jika itu tetap berarti pemimpin ini masih bisa bekerja efektif.
Di sisi lain, saya juga sadar ini kesalahan kita bersama. Kita sebagai bangsa, sangat terbelakang dalam mengkader, mendidik, dan membesarkan pemimpin yang layak. Sehingga dalam keadaan seperti ini kita kelimpungan nyari-nyari bahkan berebut pemimpin.
Sebenarnya saya dengar bahwa beberapa warga Bandung sudah bersiap-siap mencalonkan dirinya untuk menjadi pemimpin Bandung selanjutnya. Ada orang-orang baru, ada juga orang-orang lama…. Tapi kenapa hati saya belum tenang. Kalaupun orangnya baik, rasanya perjuangan mengantarkan pemimpin yang bukan bagian dari masalah lama di pilkada Bandung selanjutnya akan lebih sulit. Saya khawatir tahun-tahun depan orang dari masalah yang lama akan kembali memimpin di sini. Pahit sekali.
Asli dari pada mikirin hal ini, saya mendingan tenggelam memikirkan perusahaan saya yang juga butuh banyak perhatian. Tapi semalam, kekhawatiran saya sudah mulai muncul menjelma menjadi mimpi. Sudah mulai gak bener nih.
Jadi boleh dong bertanya pada teman-teman sesama warga Bandung. Bagi teman-teman, sebaiknya Ridwan Kamil di tahun depan maju RKBDG atau RKJWBRT –atau ada pendapat yang lain? Tolong jabarkan pemikirannya alias gak terima komentar pendek … hehehe
———–
Foto: Ridwan Kamil dan Mang Oded shooting untuk iklan TVC kampanye pilkada Bandung 2013 bersama Rizky “Borne” Ramdhani, Faikar Izzani dan Klik Aboenk, dokumentasi Amphibi Studio.
saya pribadi mengharapkan RKBDG sebetulnya, masih ingin merasakan perubahan bandung ke arah yang lebih baik, masih banyak masalah di bandung yang belum terselesaikan, dan ketakutan terbesarnya adalah siapa yang akan memimpin bandung selanjutnya?? syukur alhamdulillah klo lebih baik, klo tidak??? bandung kembali ke masa kelam?? saya harap ridawan kamil bertahan satu periode lagi dan membuat suatu terobosan dalam kaderisasi pemimpin untuk bandung, mendorong banyak orang baik di bandung yang kredible mau masuk dunia politik, lalu setelahnya maju di pilgub, lalu maju di pilpres, saya sangat berharap suatu saat RK akan menjadi presiden RR
SukaSuka